widgets

Minggu, 17 November 2013

Inilah Kesalahan (yang) Sering Dialami Penulis Muda

Menulis cerpen (baca : cerita pendek) itu mudah bagi siapa pun. Apalagi bagi yang hobi dan menyukai dunia tulis menulis. Entah, menulis buku diary, jurnal maupun blog. Tidak perlu menunggu berjam-jam cerpen itu untuk selesai. Toh, hanya hitungan satu jam cerpen itu pun langsung jadi! Tanpa diedit maupun direvisi ulang kembali. Kalau begitu mudah bukan menulis cerpen itu!
Sayangnya, ketika kita menulis sebuah karya tulis fiksi bernama cerpen itu. Kadang kala kita sering melupakan ketentuan-ketentuan mutlak yang ada di dalam unsur cerpen itu. Entah, itu unsur intrinsik maupun ekstrinsiknya. Tapi kali ini saya akan membahas unsur ekstrinsik saja dalam sebuah cerpen yang mana sering kali dilakukan oleh para penulis muda (pemula). Atau, yang baru menekuni dunia tulis menulis ini.
Dan kesalahan inilah yang sering terjadi dialami oleh penulis muda (pemula). Kesalahan yang terus diulang-ulang ketika mereka menulis cerpen yang sudah dihasilkan. Mau tahu apa saja yang dilakukannya. Simak baik-baik dan semoga bermanfaat dan berguna!

1.Opening yang klise
Ini sering kali dilakukan oleh penulis muda (pemula) jika mengawali sebuah cerita dalam cerpen. Paragraf pertama atau kalimat pembuka yang ditulisnya selalu terlihat biasa bahkan basi. Karena apa yang ditulisnya sudah sering kali ditulis oleh para penulis lainnya.
Inilah yang dikatakan klise bahkan basi. Dan ketika membaca cerpen itu sudah tidak ada daya tarik lagi. Pembaca pun sudah malas meneruskan membacanya!
2.Memakai kata-kata yang sama
Ini pulalah yang juga dilakukan oleh penulis muda (pemula) ketika akan menuliskan cerpen. Mereka tidak menyadari saat menulis sebuah cerita itu. Lagi-lagi mereka tidak menyadari kalau ketika menulis begitu banyak kata-kata yang sama ditulisnya. Lihat saja dalam satu paragraf selalu terlihat banyak sekali taburan kata-kata yang sama.
Hal ini sering disebut oleh Asma Nadia, penulis buku best seller, menyebutnya dengan sebutan serangan aku, serangan saya, serangan kita, serangan lalu, tergantung kata yang sama. Bukankah ini sangat menjemukan, bukan? Terlalu boros dalam penulisan.
3.EyD (Ejaan yang Disempurnakan) yang kacau balau
Mungkin perlu dimaklumi bagi penulis muda (pemula) jika melakukan hal ini—dalam menulis sebuah cerpen yang dituliskannya. Masih bisa dimaklumi! Tapi bagaimana jika hal itu terjadi dengan yang sudah senior apalagi sudah mahir? Masa menulis tanda baca saja salah penempatan dan berlebihan. Memalukan, bukan!
4.Fakir kosa kata
Penulis yang baik adalah ia yang peduli dengan karya orang lain!
Mustahil, bagi seorang penulis yang tidak suka baca atau tidak mengoleksi buku bacaan. Entah, novel, kumcer maupun buku non fiksi. Maka dari itu jika kita fakir kosa kata—dalam menulis cerpen rajin-rajinlah banyak membaca cerpen-cerpen karya orang lain. Sebab dari sanalah kita bisa mendapatkan manfa’atnya dari membaca itu. Entah itu sebuah inspirasi maupun kosa kata yang baru. Bukankah membaca itu tidak merugikan kita, bukan? Semoga.
5.Tidak mengetahui jalan cerita yang ditulisnya
Kalau yang ini mungkin tidak terlalu sering terjadi dialami. Tapi ada pula terjadi dialami oleh penulis muda (pemula). Apalagi ketika mereka menulis tentang tokoh aku dalam cerita. Misalnya contoh aku: Seorang lelaki yang ganteng tapi latah. Ia tidak mengeksplor keseluruhan tokoh tersebut. Kenapa tokoh tersebut bisa latah hingga perempuan yang mendekatinya jadi ilfil. Tidak menceritakan dari awal hingga akhir tentang tokoh aku tersebut. Sangat sayang bukan ketika kita menuliskannya?
Inilah yang sering kali dialami oleh penulis muda (pemula) ketika mereka akan menuliskan sebuah karya tulis bernama cerpen. Semoga apa yang saya berikan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal dunia tulis menulis. Kalau begitu yukkk semangat berkarya lagi.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar