Menulis
cerpen (baca : cerita pendek) itu mudah bagi siapa pun. Apalagi bagi
yang hobi dan menyukai dunia tulis menulis. Entah, menulis buku diary, jurnal maupun blog. Tidak perlu menunggu berjam-jam cerpen itu untuk selesai. Toh,
hanya hitungan satu jam cerpen itu pun langsung jadi! Tanpa diedit
maupun direvisi ulang kembali. Kalau begitu mudah bukan menulis cerpen
itu!
Sayangnya,
ketika kita menulis sebuah karya tulis fiksi bernama cerpen itu. Kadang
kala kita sering melupakan ketentuan-ketentuan mutlak yang ada di dalam
unsur cerpen itu. Entah, itu unsur intrinsik maupun ekstrinsiknya. Tapi kali ini saya akan membahas unsur ekstrinsik saja
dalam sebuah cerpen yang mana sering kali dilakukan oleh para penulis
muda (pemula). Atau, yang baru menekuni dunia tulis menulis ini.
Dan
kesalahan inilah yang sering terjadi dialami oleh penulis muda
(pemula). Kesalahan yang terus diulang-ulang ketika mereka menulis
cerpen yang sudah dihasilkan. Mau tahu apa saja yang dilakukannya. Simak
baik-baik dan semoga bermanfaat dan berguna!
1.Opening yang klise
Ini
sering kali dilakukan oleh penulis muda (pemula) jika mengawali sebuah
cerita dalam cerpen. Paragraf pertama atau kalimat pembuka yang
ditulisnya selalu terlihat biasa bahkan basi. Karena apa yang ditulisnya
sudah sering kali ditulis oleh para penulis lainnya.
Inilah
yang dikatakan klise bahkan basi. Dan ketika membaca cerpen itu sudah
tidak ada daya tarik lagi. Pembaca pun sudah malas meneruskan
membacanya!
2.Memakai kata-kata yang sama
Ini
pulalah yang juga dilakukan oleh penulis muda (pemula) ketika akan
menuliskan cerpen. Mereka tidak menyadari saat menulis sebuah cerita
itu. Lagi-lagi mereka tidak menyadari kalau ketika menulis begitu banyak
kata-kata yang sama ditulisnya. Lihat saja dalam satu paragraf selalu
terlihat banyak sekali taburan kata-kata yang sama.
Hal ini sering disebut oleh Asma Nadia, penulis buku best seller,
menyebutnya dengan sebutan serangan aku, serangan saya, serangan kita,
serangan lalu, tergantung kata yang sama. Bukankah ini sangat
menjemukan, bukan? Terlalu boros dalam penulisan.
3.EyD (Ejaan yang Disempurnakan) yang kacau balau
Mungkin
perlu dimaklumi bagi penulis muda (pemula) jika melakukan hal ini—dalam
menulis sebuah cerpen yang dituliskannya. Masih bisa dimaklumi! Tapi
bagaimana jika hal itu terjadi dengan yang sudah senior apalagi sudah
mahir? Masa menulis tanda baca saja salah penempatan dan berlebihan.
Memalukan, bukan!
4.Fakir kosa kata
Penulis yang baik adalah ia yang peduli dengan karya orang lain!
Mustahil,
bagi seorang penulis yang tidak suka baca atau tidak mengoleksi buku
bacaan. Entah, novel, kumcer maupun buku non fiksi. Maka dari itu jika
kita fakir kosa kata—dalam menulis cerpen rajin-rajinlah banyak membaca
cerpen-cerpen karya orang lain. Sebab dari sanalah kita bisa mendapatkan
manfa’atnya dari membaca itu. Entah itu sebuah inspirasi maupun kosa
kata yang baru. Bukankah membaca itu tidak merugikan kita, bukan?
Semoga.
5.Tidak mengetahui jalan cerita yang ditulisnya
Kalau
yang ini mungkin tidak terlalu sering terjadi dialami. Tapi ada pula
terjadi dialami oleh penulis muda (pemula). Apalagi ketika mereka
menulis tentang tokoh aku dalam cerita. Misalnya contoh aku: Seorang
lelaki yang ganteng tapi latah. Ia tidak mengeksplor keseluruhan tokoh
tersebut. Kenapa tokoh tersebut bisa latah hingga perempuan yang
mendekatinya jadi ilfil. Tidak menceritakan dari awal hingga akhir tentang tokoh aku tersebut. Sangat sayang bukan ketika kita menuliskannya?
Inilah
yang sering kali dialami oleh penulis muda (pemula) ketika mereka akan
menuliskan sebuah karya tulis bernama cerpen. Semoga apa yang saya
berikan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal dunia tulis
menulis. Kalau begitu yukkk semangat berkarya lagi.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar